Kamis, 14 Januari 2016

Cara Efektif Menstimulasi Anak

Cara Efektif Menstimulasi Anak
http://sekolah123.com/images/content/articles/cara%20efektif%20menstimulasi%20anak_1340432442.jpg
Ingin punya anak sehat dan cerdas? Kuncinya hanya satu, stimulasi! Para pakar kesehatan anak sepakat bahwa hingga kini tak ada cara lain yang bisa menggantikan stimulasi dalam mencerdaskan anak.

Anak-anak dalam masa pertumbuhan terutama di usia batita, memerlukan stimulasi untuk membantu perkembangan motorik serta kecerdasannya. Jangan sampai terlambat untuk melakukan stimulasi dini pada anak, karena kesempatan ini hanya datang satu kali dalam hidupnya yaitu pada golden period. Golden period adalah masa keemasan atau sering disebut jendela kesempatan (window of opportunity) yaitu masa pembelajaran dan pengkayaan, masa yang sangat peka bagi otak anak untuk menerima berbagai rangsangan pertumbuhan dan perkembangan.

Mengapa stimulasi?
Otak manusia terdiri dari jutaan saraf. Nah, stimulasi diberikan agar terjadi hubungan hubungan (network) antara satu saraf dengan saraf lain. Sehingga kelak saat ia memasuki usia sekolah, otaknya akan lebih mudah menerima dan menyimpan pesan dari luar.

Apa itu Stimulasi?
Stimulus sendiri adalah kegiatan merangsang secara memadai kemampuan dasar anak agar tumbuh dan berkembang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Yang disebut perangsangan yang memadai adalah perangsangan yang dilakukan dengan benar, adekuat, dan teratur, sesuai kelompok umur anak.

Apa yang disebut Stimulasi Anak Usia Dini?
Stimulasi anak usia dini (AUD) adalah kegiatan merangsang secara memadai kemampuan dasar anak agar tumbuh dan berkembang optimal sesuai potensi yang dimilikinya. Yang disebut perangsangan yang memadai adalah perangsangan yang dilakukan dengan benar dan teratur, sesuai kelompok umur anak.

Para ahli tumbuh kembang menekankan empat aspek kemampuan dasar anak yang perlu mendapat rangsangan yaitu: kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan berbahasa, serta kemampuan bersosialisasi (berinteraksi), dan kemandirian.

Kemampuan dasar lain yang juga perlu mendapatkan stimulasi adalah kemampuan kognitif, kreativitas, dan moral-spiritual. Masalahnya, orang tua khususnya ibu banyak yang tidak mengetahui hal ini sehingga stimulus pun absen diberikan saat mereka masih mengandung.

Ketika sudah melahirkan pun, stimulus tampaknya masih merupakan hal yang asing. Sebenarnya orangtua dapat merangsang otak anak lewat interaksi dengannya. Hal ini bisa dicapai dengan metode mendengar, melihat, meniru, dan mengulang. Caranya bisa dengan rangsangan musik, suara, gerakan, perabaan, bicara, menyanyi, membaca, mencocokkan, membandingkan, memecahkan masalah, mencoret, menggambar, ataupun merangkai. Yang dirangsang sendiri adalah otak kanan, kiri, sensorik, motorik, kognitif, komunikasi-bahasa, sosio-emosional, kemandirian, dan kreativitas.

Stimulasi dini dapat memengaruhi kualitas otak, yakni dengan memperbanyak dan memperkuat sinaps atau jaringan penghubung. Mengaktifkan daerahdaerah tertentu sehingga informasi dapat diproses lebih cepat dan kuat. Anak yang kurang stimulasi, maka sel-sel otaknya tidak mempunyai jaringan penghubung selamanya.

Siapa saja yang boleh menstimulasi anak?
Stimulasi pada anak sebaiknya dilakukan oleh orang-orang terdekat seperti ayah, ibu, pengganti ibu, pengasuh, pendidik serta anggota keluarga lain. Mengapa harus orang-orang terdekat? karena orang terdekat biasanya akan menunjukkan perilaku baik yang dilandasi kasih sayang.

Stimulasi merupakan hak anak
Hak-hak anak sudah diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, Konvensi Hak Anak, dan undang-undang lain tentang kesejahteraan dan perlindungan anak yang berlaku. Orang tua, wali, pendidik, dan pengasuh perlu menyadari hak-hak yang melekat pada anak, yaitu:
  • Tidak dibeda-bedakan (non-diskriminasi)
  • Hak untuk memperoleh yang terbaik
  • Hak untuk bertahan hidup, bertumbuh dan berkembang
  • Hak untuk dihargai pendapatnya

Oleh karena itu merupakan kewajiban orang tua untuk memberikan yang terbaik bagi anak dan anak berhak mendapatkan yang terbaik termasuk urusan tumbuh-kembangnya. Memberikan yang terbaik berarti orang tua harus memenuhi kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan fisik-biologis (Asuh), kasih sayang (Asih) dan stimulasi (Asah) melalui kegiatan SDIDTK.

Bagaimana cara terbaik menstimulasi anak usia dini?
Ada beberapa prinsip dasar dalam melakukan stimulasi pada anak usia dini yang perlu diterapkan yaitu:
  • Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang terhadap anak.
  • Selalu tunjukkan perilaku yang baik karena anak cenderung meniru tingkah laku orang-orang terdekat dengannya.
  • Dunia anak dunia bermain, karena itu stimulasi dilakukan dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi dan variasi lain yang menyenangkan, tanpa paksaan dan hukuman.
  • Berikan stimulasi sesuai kelompok umur anak.
  • Stimulasi dilakukan dengan cara-cara yang benar, secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak.
  • Menggunakan alat bantu/alat permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar kita.
  • Anak laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan yang sama. (AY)

KEBUTUHAN ANAK USIA DINI

 KEBUTUHAN ANAK USIA DINI


          Untuk membentuk generasi terbaik, pendidikan bagi anak seharusnya diberikan sejak awal kelahirannya dimana usia 0-6 tahun merupakan fase terbaik 'golden age', fase yang turut menentukan bagi perkembangan selanjutnya dimasa dewasa baik dari segi fisik, mental dan kecerdasannya.
       Sejak anak lahir, secara instink ia membutuhkan air susu ibu untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Air susu ibu mengandung unsur-unsur kimia yang dibutuhkan oleh tubuh baik dalam pertumbuhannya dari hari ke hari. Kalau kebutuhan ini tak terpenuhi, maka bayi akan secara spontan menangis sebagai reaksi atas rasa haus dan lapar yang belum terpenuhi. Bayi akan menunjukkan kegembiraan, misalnya dengan senyum apabila kebutuhannya telah terpenuhi. Dengan demikian dalam kehidupan awal seorang anak, ada tiga kebutuhan pokok yang memerlukan perhatian, yaitu kebutuhan jasmaniah, sosial, dan psikologis. Ketiga kebutuhan itu sangat berperan dalam menciptakan kondisi kebahagiaan pada masa awal kanak-kanak.
         Tentunya, perkembangan anak turut pula dipengaruhi oleh pemenuhan kebutuhan yang di dapat oleh anak sejak usia dini, dimana orangtua mempunyai kewajiban dalam memenuhi kebutuhannya. Semakin sempurna pemenuhan kebutuhan yang didapat oleh anak, maka akan semakin besar tingkat keberhasilan bagi anak pada masa dewasa.

Pengertian Analisis kebutuhan Anak Usia dini
Analisis kebutuhan Anak Usia Dini adalah :
Suatu usaha untuk mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan anak pada usia 0-6 tahun agar anak siap melanjutkan pendidikan selanjutnya
Tujuan Memahami kebutuhan Anak usia dini
        Untuk membentuk generasi terbaik, kebutuhan anak usia dini harus terpenuhi. Anak usia dini adalah anak dengan usia 0-6 tahun. Beberapa orang menyebut fase atau masa ini sebagai golden age karena masa ini sangat menentukan seperti apa mereka kelak jika dewasa baik dari segi fisik, mental maupun kecerdasan. Tentu saja ada banyak faktor yang akan sangat mempengaruhi dalam perjalanan mereka menuju kedewasaan, tetapi apa yang mereka dapat dan apa yang diajarkan pada mereka pada usia dini akan tetap membekas dan bahkan memiliki pengaruh yang dominan dalam menentukan setiap pilihan dan langkah hidup mereka.

Kebutuhan Dasar Anak Usia Dini :
1.      ASUH ( KEBUTUHAN FISIK)
            Kebutuhan Fisik adalah kebutuhan Pangan , sandang , kesehatan dan papan          Kebutuhan Fisik atau jasmani atau sering disebut juga kebutuhan biologis meliputi kebutuhan untuk makan, minum, dan pakaian. Pemenuhan atas kebutuhan ini merupakan tugas dan tanggung jawab orangtua dan pengasuh. orangtua adalah pengasuh utama dan pengasuh hanya membantu orangtua. Keduanya harus senada dalam memperhatikan kebutuhan makanan, minuman, dan pakaian yang cocok untuk anak yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Selanjutnya orangtua dan pengasuh harus memperhatikan makanan dan minuman tertentu yang menjadi kesukaan anak, dengan memperhatikan faktor gizi  dan kebersihan. Begitu juga makanan tertentu yang dapat mengganggu kesehatan anak harus dihindari. Makanan yang bergizi dengan tingkat kebersihan yang terjamin akan mendukung anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan tertentu. Selain itu, untuk memelihara kesehatan anak, orangtua harus mengetahui jenis-jenis makanan yang mengandung gizi yang sesuai dengan tingkat kebutuhan anak. Sebaliknya orangtua dan pengasuh yang tidak atau kurang memperhatikan kebutuhan gizi anak dapat menyebabkan anak akan mengalami gangguan dalam perkembangan fisik karena sering sakit-sakitan dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti anak yang sehat pada umumnya. Dalam upaya memelihara kesehatan anak yang optimal, juga sangat dibutuhkan lingkungan tempat tinggal dengan air dan sanitasi memadai serta udara yang segar untuk dihirupnya setiap hari. Selain itu, anak juga memerlukan tempat dan kesempatan untuk bermain dan beristirahat. Antara bermain dan beristirahat harus ada keseimbangan sehingga melalui bermain anak dapat bergerak. Di samping kegiatan bermain, anak juga memerlukan kegiatan istirahat. Yang dimaksud dengan beristirahat adalah anak berhenti dari segala aktivitasnya seperti tidur. Dengan istirahat anak dapat memulihkan tenaga yang terpakai pada waktu bermain.  

2.      ASIH (KEBUTUHAN EMOSI/PSIKOLOGIS)
Pemberian kasih sayang dari lingkungan keluarga inti dan lingkungan
Dalam perkembangannya anak sangat memerlukan perhatian, kasih sayang. Sentuhan dan kesungguhan dalam pengasuhan dari orang tua atau orang dewasa di sekitarnya. Sikap ini tidak dapat di nyatakan dengan mudah tetapi perlu kesadaran penuh dalam pengaturan emosi, pikiran dan perilaku dari orang tua atau pengasuh agar perkembangan anak secara kognitif , social emosi , bahasa dan spiritualnya bisa optimal.
Anak akan merasa aman apabila merasa bahwa orang dewasa telah menerimanya dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sebaliknya, anak akan merasa terganggu apabila mendapat perlakuan yang kurang tepat dari orang tua seperti kurang peduli, kurang memberi perhatian yang wajar, acuh tak acuh, membiarkan anak atau terlalu memanjakan anak. Kondisi dan pola pengasuhan seperti ini akan menimbulkan efek perkembangan psikologis yang merugikan anak, seperti timbul perasaan cemas, malu, tidak percaya diri, menjauhkan diri dari teman-teman atau sebaliknya anak akan bersifat agresif. Selain itu, masa kanak-kanak merupakan masa munculnya rasa ingin tahu (sense of curiosity) yang tinggi, terutama pada usia 3 - 4 tahun. Keadaan ini disebut Montessori (1983) sebagai masa peka. Anak akan bertanya tentang apa saja yang ada di lingkungannya, apalagi kalau obyek itu masih baru dan belum diketahui sebelumnya. Para ahli psikologi anak berpendapat bahwa pada usia ini anak menganggap dirinya sebagai pusat segala-galanya.
           Karenanya masa ini juga sering disebut sebagai mas egosentrisme. Meski demikian, otoritas anak pada masa ini sangat penting bagi proses perkembangan intelektual. Anak merasa tidak mendapatkan kepuasan apabila orang tua dan lingkungannya tidak bisa memenuhi kebutuhan rasa ingin tahunya.  Untuk itu orangtua atau orang dewasa yang lain hendaknya dengan senang hati dan tidak bosan dapat menjawab dan menjelaskan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak.

3.      ASAH (KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL)
A.Stimulasi sosial
Stimulasi adalah suatu aktifitas yang diberikan kepada seseorang dengan tujuan untuk mempercepat atau meningkatkan perkembangannya . Stimulasi pada anak usia dini , baik secara social maupun pendidikan yang di berikan harus tepat sesuai dengan kemampuan dan kondisi anak serta aspek perkembangan yang akan di stimulasi .
Lingkungan seslalu berpengaruh terhadap perkembangan anak . Khususnya bagi anak kecil. Hal ini di sebabkan karena sifat ketidakberdayaan anak masih sangan tinggi . Lingkungan yang sangat mempengaruhi anak :
1.      Perubahan lingkungan yang sangat mendadak , missal : bencana alam , konflik politik, konflik keluarga dsb , sehingga anak mengalami trauma psikologis .
2.      Lingkungan negative yang memanfaatkan dan memperlakukan anak tidak pada mestinya. Anak menjadi korban . hal ini juga bisa menimbulkan trauma psikologis yang berkepanjangan.
B. Stimulasi Pendidikan
Anak Usia Dini merupakan harapan bangsa yang memerlukan layanan pendidikan secara benar dan tepat sehingga anak mampu mencapai tumbuh kembang secara optimal . Pada anak usia dini masih sangat mudah untuk menerima masukan , sebab anak usia dini dapat di ibaratkan sebagai lembaran kertas putih yang di gores tinta yang melekat pada kertas tersebut .
Pendidikan yang di peroleh anak sebelumnya akan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan selanjutnya . Keberhasilan Pendidikan Anak usia Dini sama halnya dengan keberhasilan mempersiapkan penerus kehidupan bangsa dan Negara.
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukankepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No.20/2003 tentang Sisdiknas, bab 1, pasal 1, butir 14)
Peran PAUD dalam tumbuh kembang Anak
Berbagai studi menunjukkan bahwa partisipasi anak pada pendidikan anak usia dini yang berkualitas memberikan dampak jangka pendek berupa peningkatan IQ dan dampak jangka panjang berupa peningkatan angka penyelesaian sekolah ( Barnett,S.W, 1992)
Berikut ini peran paud dalam tumbuh kembang anak :
1.      PAUD berperan dalam membantu menyiapkan anak untuk masuk sekolah
2.      PAUD menyiapkan anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan baru
3.      PAUD mendorong anak untuk bersosialisasi dengan lingkungan baru
4.      PAUD meerupakan tempat strategis untuk memperkenalkan anak pada nilai- nilai universal
5.      PAUd membantu membangun kreatifitas anak .

Kegiatan Pembelajaran Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis (intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional). Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.

           a.Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak usia TK dan RA. Upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan dan media yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Bermain bagi anak merupakan proses kreatif untuk bereksplorasi, dapat mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Ketika bermain mereka membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya. Pendidik mempunyai peran yang sangat penting dalam pengembangan bermain anak.


b.Menggunakan Pendekatan Tematik
Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang dengan menggunakan pendekatan tematik dan beranjak dari tema yang menarik minat anak. Tema sebagai alat/sarana atau wadah untuk mengenalkan berbagai konsep pada anak. Tema diberikan dengan tujuan:
• Menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh.
• Memperkaya perbendaharaan kata anak.
Jika pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan tema, maka pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang paling dekat dengan anak, sederhana, serta menarik minat anak. Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas.



c.Kreatif dan Inovatif
Proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berfikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Selain itu dalam pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara dinamis. Artinya anak tidak hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek dalam proses pembelajaran.

           d.Lingkungan Kondusif
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan menyenangkan sehingga anak selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penataan ruang harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain sehingga dalam interaksi baik dengan pendidik maupun dengan temannya dapat dilakukan secara demokratis. Selain itu, dalam pembelajaran hendaknya memberdayakan lingkungan sebagai sumber belajar dengan memberi kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan kemampuan interpersonalnya sehingga anak merasa senang walaupun antar mereka berbeda (perbedaan individual). Lingkungan hendaknya tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya yaitu dengan tidak membedakan nilainilai yang dipelajari di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap karakteristik budaya masing-masing anak.

e.Mengembangkan Kecakapan Hidup
Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan atas pembiasaan-pembiasaan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.